Minggu, 02 Februari 2014

Bukan niatku :(

Selalu saja merasa tersakiti oleh perkataan orang-orang diluar sana, oleh sindiran orang-orang  yang tersakiti karna kekasihnya telah direbut orang lain. Meski memang bukan untukku, tapi rasanya hatiku merasa sakit mendengarnya. Wlpun aku sudah berkata aku tidak pernah melakukan itu, entah kenapa sindiran-sindiran itu terasa sangat tajam menggores perasaanku. Sindiran tentang perebut kekasih orang, tentang perusak hubungan orang, yang semakin hari semakin sering kudengar, seakan-akan berputar-putar memenuhi kepalaku, mengganggu pikiranku, dan sempat melemahkan hatiku.
Terkadang aku merasa lelah menjadi seseorang yang terlalu perasa, aku lelah harus terus-menerus melawan diri, lelah jika hati terus berperang melawan pikiran. Seandainya aku sanggup mengatakan bahwa aku lelah berjalan tanpa tujuan, bertahan dalam ketidakpastian, dan dihantui oleh rasa penasaran. Terus menerus memendam perasaan, menyembunyikan berjuta pertanyaan. Ingin kukatakan segala hal yang mengganggu pikiranku saat aku bersamanya, tapi apa… aku menyia-nyiakan kesempatan di hari itu.

Masihkah kamu bersama kekasihmu?” Hanya itu, satu pertanyaan yang ingin kutanyakan padanya di hari itu. Pertanyaan yang menjadi kunci untuk semua hal yang telah kulalui bersamanya. Pertanyaan yang akan memperjelas semuanya. Aku akan sedikit merasa lega jika memang dia menjawab dia sudah tak berhubungan lagi dengan kekasihnya. Bukan ingin merebutnya. Bukan ingin cepat-cepat menuntutnya untuk meberikan status pada kedekatanku dengannya. Hanya saja aku akan merasa sedikit lega tidak terus-terusan merasa jahat dan takk tau diri bahwa aku dekat dengan seseorang yang masih memiliki kekasih. Aku hanya ingin dia meyakinkanku, bahwa yang kulakukan selama ini bukanlah kesalahan. Karna sejujurnya sampai saat ini aku masih sering menyalahkan diriku sendiri atas apa yang terjadi padanya, dari awal hingga saat ini, aku merasa bersalah membiarkannya tetap mendekatiku padahal aku tau dia masih belum sendiri. Hingga kami saling lepas kendali seperti ini. Kadang kuberkata pada diri sendiri, “dimana harga dirimu, Rin? Kenapa untuk bahagia saja kamu harus merebut kebahagiaan orang lain?”. Aku merasa tertekan dengan kebisuanku. Tapi entah kenapa aku tak pernah berani bertanya kepadanya, mengatakan segala sesuatu yang membutku merasa sedih dan bingung sendiri.


Dia pernah bertanya, apakah dia menjadi beban untukku. Dan dengan tegas kujawab tidak. Memang tidak, aku sama sekali tidak merasa terbebani olehnya, dia bukanlah bebanku, tapi diriku sendiri yang menjadi bebanku. Pikiran-pikiran negatifku, itulah beban terberatku. Pikiran-pikiran negatif karna perkataan orang-orang diluar sana tentang perebut kekasih orang dan perusak hubungan orang. Aku merasa tertuduh padahal tak ada yang menuduhku. Aku tidak merebut dia dari kekasihnya, aku tidak merusak hubungan nya dengan kekasihnya, karna sedikitpun aku tak pernah berniat untuk melakukannya! Aku hanya menuruti hati kecilku, hati kecilku yang paling tau bahwa aku menyayanginya dan aku sama sekali tak ada niat untuk menyakitinya, hati kecilku yang memintaku untuk tetap bertahan, hati kecilku yang memintaku untuk tetap sabar dan kuat dalam menghadapi segala cobaan dalam kisah yang rumit ini. Aku yakin aku bisa kuat, aku sanggup bertahan selama dia juga masih ingin bertahan, dan jika suatu saat nanti dia memang ingin lepas,  akan kuturuti keinginannya, jika dia yang memintaku untuk melepasnya :’)

Tidak ada komentar:

Posting Komentar