Minggu, 04 Juni 2017

Aku. Si Egois Bodoh.

Ternyata aku yang selama ini tak bisa mengerti. Aku, si egois yang terlalu mamaksakan kehendakku, si bodoh yang memperlakukannya seolah dia itu sama sepertiku. Apa aku bisa memberinya motivasi seperti dia yang selalu bisa memotivasiku? Mungkin aku terlalu terobsesi ingin bisa membuatnya bahagia, terobsesi ingin selalu bisa memberinya motivasi untuk segala sesuatu yang dia lakukan, terobsesi menjadi seseorang yang selalu dia butuhkan, terobsesi ingin melihat dia maju, berkembang, dan sukses karna adanya aku. Aku terlalu merasa penting, sampai-sampai tanpa kusadari, yang kuberikan selama ini hanyalah tekanan yang membuatnya tidak nyaman.

Aku bodoh. Benar-benar bodoh. Aku selalu merasa benar, dan dia yang selalu kusalahkan, padahal ternyata akulah orang yang paling pantas disalahkan. Apapun yang kurasakan, dia selalu kujadikan pelampiasan. Aku senang, aku sedih, aku marah, aku kecewa, aku kesal, selalu kulampiaskan pada dia yang tak bersalah sedikitpun. Rasa "terlalu ingin" melibatkan dia disetiap hariku, disetiap kejadian di hidupku, membuatku lupa diri.

Aku bodoh. Selalu ingin dia mengerti aku, tapi nyatanya aku yang paling tak bisa mengerti dia. Tak bisa mengerti apapun yang dia rasakan. Tak bisa mengerti apa yang dia mau. Tak bisa mengerti apa yang dia harapkan. Tak bisa mengerti semua hal tentang dia, tentang hidupnya. Aku selama ini terlalu memegang kendali, terlalu lupa diri, terlalu memikirkan diri sendiri, tanpa kusadari aku seperti orang kesetanan yang selalu ingin menang sendiri.

Aku bodoh. Selama hampir 4 tahun bersama, masih saja tak bisa memahami sifatnya, tak bisa memahami cara berpikirnya, tak bisa mengerti bagaimana cara membuatnya bahagia meskipun aku merasa semua sudah kulakukan demi kebahagiaannya. Aku bodoh karna tak menyadari bahwa kemauanku tak bisa semua menjadi kemauannya. Kurasa semua baik-baik saja sampai saat ini. Bahkan mungkin orang lain pun melihat kami selalu baik-baik saja. Tapi nyatanya, aku membuatnya TIDAK BAIK-BAIK saja. Aku selalu mengeluh, padahal dia pasti lebih ingin mengeluh, tapi dia terlalu menghargaiku, dan dia lebih memilih untuk diam. Aku selalu marah, padahal dia pasti lebih ingin marah, tapi lagi-lagi dia terlalu menghargaiku, dan dia lebih memilih untuk bersabar. Dan aku tak pernah menyadari semua itu seolah-olah aku tak ingin tau.

Maaf sayang, aku bodoh, aku terlalu bodoh. Aku manusia paling bodoh yang pernah kamu kenal. Aku kekasih paling bodoh yang pernah kamu punya. Aku merasa gagal menjadi pendampingmu selama ini. Aku gagal menjadi pasangan yang baik untukmu. Aku gagal menjadi penyemangatmu. Aku gagal mengerti kamu selama ini. Aku terlalu yakin bisa membuatmu bahagia, tapi nyatanya aku gagal. Aku melakukan banyak sekali kesalahan yang tidak kusadari. Aku merasa tak berguna. Bahkan rasanya seperti aku tak pantas untuk jadi pasanganmu lagi setelah aku tau apa yang sudah kulakukan selama ini sama sekali tak seperti harapanmu.

Maaf sayang. Maaf. Hanya itu yang sanggup aku katakan. Walaupun rasanya kata maaf pun tak cukup untuk membayar semua kesalahan yang sudah aku buat selama ini. Aku merasa hidupmu mungkin akan lebih baik tanpa aku. Aku yakin tanpa akupun kamu bisa melewati semuanya. Karna aku merasa ada akupun semua percuma, aku hanya bisa menjadi tekananmu, menjadi beban pikiranmu. Tapi, aku terlalu menyayangimu. Dan aku terlalu takut kamu meninggalkanku. Aku terlalu takut tak ada kamu lagi di hari-hariku. Tapi aku juga takut tak bisa jadi yang terbaik untukmu, takut tak bisa membuatmu bahagia seperti kamu yang selalu membuatku bahagia, takut aku kembali lupa diri. Walaupun menurutku aku sudah berusaha yang terbaik, ternyata aku melakukan yang terburuk.

Beri aku kesempatan sayang. Aku akan berusaha menjadi seperti yang kamu harapkan. Aku tak akan terlalu menekanmu lagi. Aku tak akan terlalu melibatkanmu disetiap apapun yang kurasakan. Aku tak akan menjadikanmu pelampiasanku lagi. Seperti katamu juga, tak harus apapun yang kamu lakukan aku harus tau, terlebih untuk suatu hal yang aku tak suka, kamu tak perlu berbohong lagi untuk menjaga perasaanku, aku juga tak akan terlalu memaksa kamu melibatkanku disetiap apapun yang kamu lakukan. Sudah sejauh ini kita berjalan bersama-sama. Kamu dengan kesabaranmu bertahan dengan aku si egois bodoh yang sudah menyia-nyiakan ketulusanmu dan selalu membuatmu menderita. Maafkan aku. Aku menyesal. Aku benar-benar menyesali kesalahanku. Rasanya ingin sekali membenturkan kepalaku agar aku bisa menyadari kebodohanku selama ini. Rasanya ingin membenturkan kepalaku sampai pecah agar aku bisa tau rasa lelah & penatmu bersabar menghadapi aku dan tekanan yang berulang kali kuberikan untukmu. Aku sangat menyesalll.

Entah apalagi yang bisa kukatakan saat ini selain kata maaf dan kata terimakasih untukmu. Terimakasih untuk kesabaranmu yang tak pernah habis untukku. Terimakasih untuk kejujuranmu terhadap semua kesalahanku, kejadian hari ini takkan pernah bisa aku lupakan, akan selalu kujadikan pembelajaran untuk aku bisa menjadi benar untukmu. Ingatkan aku lagi, tegur aku lagi, marahi aku lagi kalau aku mulai lupa diri. Sekali lagi, maaf karna ternyata selama ini aku sudah gagal. Maafkan si egois bodoh ini sudah membuatmu lelah sampai kepalamu ingin pecah. Maafkan si egois bodoh ini yang memaksamu untuk bertahan meskipun seringkali membuatmu tertekan. Tapi kamu juga perlu tau, kekasih bodohmu ini tak akan mudah menyerah, kekasih bodohmu tak akan pernah lelah, menyayangimu, berusaha yang (lebih) baik untukmu, sampai dia bisa menjadi seperti harapanmu.

-with love-
     erin